Makassar menggeliat seperti tak kenal siang ataupun malam. Makassar yang terus bergerak cepat dalampembangunan, bahkan melebihi apa yang diekpektasikan warganya sendiri. Pernah anda berjalan di sepanjang pantai Losari sepuluh tahun lalu? Coba bandingkan ketika anda berjalan di pantai yang menjadi ikon kota Daeng itu sekarang. Perbedaan nyata akan ditemui, tentu inilah hasil revitalisasi dan penataan ruang pantai yang berimbas pada kenyamanan kala menikmati keindahan laut Makassar di waktu senja.
Untuk menuju kota dunia, Pemkot Makassar tentu harus meletakkan pondasi yang kuat dengan sumber daya manusia, infrastruktur yang layak,perbaikan lingkungan, penataan transporasi, sistem pelayanan yang tidak birokratis, akses pendidikan serta aspek sosial, budaya dan terutama stabilitas keamanan.
“Dalam hal infrastruktur, Makassar sebagai ibukota dari Provinsi Sulsel menata pintu masuk baik udara, laut, darat, dan dunia maya. Salah satunya dengan menaikkan status jalur transportasi bandara Sultan Hasanuddin menjadi skala internasional yang diresmikan pada akhir 2008 lalu. Begitupun dengan perluasan Pelabuhan Soekarno – Hatta dengan skala internasional, dan pengerjaan jalan fly over serta pelebaran sejumlah jalan dalam mengantisipasi tingkat kemacetan. Kami juga telah melakukan penandatanganan MOU dengan Kalla Group untuk pembangunan monorel dengan rute Bandara Sultan Hasanuddin yang nantinya menyusuri kawasan perkotaan hingga kawasan pelabuhan” ujar Ilham.
Lompatan lebih lanjut yang dicanangkan pemerintah Kota Makassar pada tahun 2020, Makassar akan dikembangkan sebagai Kota Megapolitan Mamminasata yang mencakup Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar. Kawasan ini diproyeksikan sebagai urat nadi perekonomian Sulawesi Selatan dan pusat ekonomi di kawasan timur Indonesia. Dalam konsep Mamminasata, Makassar nantinya ditempatkan sebagai sentra pertumbuhan. Konsep itu laiknya adalah Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Tanggerang Depok dan Bekasi).
Pembangunan di Makassar dititikberatkan pada fungsi bisnis dan komersial. Dua proyek paling strategis yang diusulkan adalah Jalan Trans Sulawesi dan Bypass Maminasata. Bypass Mamminasata akan membentang dari Maros sampai Takalar.
Sementara itu, Pembangunan kota baru di kawasan utara Kota Makassar juga sudah mulai dikerjakan. Pengerjaan awal untuk pembangunan sejumlah bangunan monumental seperti kampus terpadu diklat transportasi yang pertama di Indonesia, pembangunan pelabuhan perikanan nusantara, energy center, serta sejumlah proyek prestesius. Kampus terpadu ini akan menjadi pusat pendidikan pertama di Indonesia serta di Asia yang menggabungkan sejumlah unsur seperti Politeknik Pelayaran untuk unsur laut, Akademi Tekhnik Keselamatan Penerbangan untuk udara, serta Balai Pendidikan Transportasi Darat untuk unsur darat, jadi betul–betul komplit, bahkan ini bakal menjadi kawasan wisata untuk para pelancong dari luar.
Namun semua keberhasilan dari rencana jangka panjang itu, terukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat kota Makassar yang berjumlah total 1,25 juta jiwa. Dari data Badan Pusat Statistik menunjukkan, laju pertumbuhan ekonomi Makassar pada tahun 2010 menjadi 6,82% sedang inflasi secara nasional sebesar 11,64%. Dengan kondisi itu, pertumbuhan ekonomi kota Makassar pada tahun 2009 sebesar 9,28% naik menjadi 9,31% pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar jauh di atas nasional yang hanya sekitar 6,5 persen.
Membawa Makassar Jadi Ladang Investasi
Posisi kota Makassar yang strategis dan menjadi pintu gerbang di Indonesia Timur, mengundang minat tingkat investasi swasta dalam sektor rill yang cukup tinggi. Jika dihitung - hitung total investasi yang sudah terealisasi hingga kini sudah diatas Rp 11 triliun. Dari pertumbuhan tersebut, sektor perdagangan, restoran serta hotel tertinggi sebesar 30,12 persen, industri pengolahan 20,46persen, angkutan dan komunikasi 15,98 persen, jasa 11,11 persen, Bank dan keuangan 10,96 persen, bangunan 8,79 persen serta listrik, gas dan air sebesar 1,95 persen. Ini menunjukkan bahwa Makassar merupakan kota pilihan untuk menanamkan investasi. Tidak heran jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) Makassar melejit dari Rp.68 Miliar pada 2011 menjadi Rp.370 Miliar saat ini.
Untuk menunjang Makassar sebagai “Kota Dunia”, efisiensi birokrasi yang kadang menghambat tingkat investasi juga telah dilaksanakan. Saat ini pemerintah kota telah menjalankan konsep Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk segala macam jenis perizinan. Dari 22 item perizinan yang pengurusannya selama ini harus dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, kini hanya dilakukan di satu tempat saja. PTSP ini berarti segala penyeleggaraan perizinan mulai dari tahap permohonan sampai penerbitan dokumen akan dilakukan secara terpadu dalam satu tempat atau satu instansi saja.
Melalui PTSP ini maka warga tidak lagi harus bolak-balik di banyak tempat. Cukup di satu tempat saja semua macam perizinan mulai dari Ho, IMB hingga izin usaha lainnya cuma dilakukan sekali saja. Subtansi dari penyelenggaraan PTSP ini sebagai sebuah bentuk penyederhanaan birokrasi. Melalui PTSP ini maka akan dilakukan pemangkasan tahapan dan prosedur, adanya transparansi biaya, penyederhaan persyaratan dan yang tak kalah pentingnya adalah pengurangan waktu rata-rata pemrosesan perizinan.
Dari semua konsep dan keberhasilan yang telah dicapai, Ilham selaku pemimpin Makassar juga menyadari, apalah arti pembangunan jika tidak diikuti dengan perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tentunya kesejahteraan sangat korelatif dengan rasa bahagia.
“Konsep Makassar sebagai kota dunia yang berlandas kearifan lokal” bermakna bahwa ditengah loncatan-loncatan besar yang selama ini dilakukan, kami bersama masyarakat Makassar berusaha keras untuk tetap menjaga nilai – nilai kearifan lokal yang tertanam sejak dulu. Kearifan lokal itu melahirkan semangat pembangunan, kesejahteraan, keadilan ekonomi serta kesehatan masyarakat yang kuat. Inilah Grand Desain Makassar” ujar Ilham.
Faktor paling penting dan utama untuk mewujudkan Grand Desain tersebut, ditentukan oleh bangkitnya kembali semangat warga kota Makassar sejak beberapa tahun terakhir untuk terus bekerja keras tanpa kenal lelah yang menjadikan kota ini bergerak semakin cepat. Makassar menuju “ Kota dunia “ berlandaskan kearifan lokal adalah visi Pemerintah Kota dan seluruh warga Makassar sebagai bentuk komitmen untuk kembali mensejajarkan kota Makassar dengan kota – kota maju lainnya di dunia, seperti yang pernah terjadi pada abad XVI hingga XIX. Ketika itu, Makassar menjadi salah satu kota dengan bandar perdagangan terbesar di Asia bahkan dunia.