Sampah yang dihasilkan penduduk kota Makasar yang jumlahnya mencapai 250 ton perhari, malah menjadi bahan baku pokok bagi penerangan listrik di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Antang. Hasil buangan sampah sebanyak itu, dikelola PT Gikoko yang berlokasi di areal TPA menjadi pembangkit listrik. Perusahaan yang mulai beroperasi di Makassar sejak tahun 2010 sukses menyulap tumpukan sampah menjadi listrik berkekuatan 120 ribu watt.
Dalam kunjungan ke TPA Tamangapa Antang, Senin (4/6), walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin yang didampingi sejumlah kepala SKPD menjelaskan pemanfaatan sampah untuk dijadikan pembangkit listrik merupakan terobosan Makassar dan menjadi satu-satunya daerah yang mampu menghasilkan listrik sebagai penerangan secara kontinyu.
"Sejak mulai beroperasi tahun 2010 lalu, pengolahan sampah oleh PT Gikoko ini telah berhasil menberi penerangan bagi daerah TPA dan sekitarnya. Di sini tidak kenal pemadaman karena listriknya dihasilkan sendiri oleh perusahaan ini" ujar Ilham.
Sementara tim operasional PT Gikoko, Medi L menjelaskan, hingga kini mesin yang digunakan untuk mengurai sampah baru mampu mengolah 1 ton sampah perjam, dengan mengoperasikan 8 sel untuk menghasilkan listrik setara 120 ribu watt.
"Belum ada pemisahan jenis sampah yang akan diolah, sampah basah dan kering semua bisa diurai untuk dijadikan listrik. Listrik yang dihasilkan kita gunakan sebagai penerangan dalam komplek TPA dan juga untuk daerah sekitar sini" urai Medi.
Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup kota Makassar, Burhanuddin menyatakan, di seluruh Indonesia baru ada empat daerah yang juga mengurai sampah untuk dijadikan listrik, yakni Palembang, Pontianak, Bekasi dan Makassar, dengan menggunakan teknologi dan perusahaan yang sama. "Namun baru Makassar yang bisa menyalakan listrik secara kontinyu" kata Burhanuddin.